Sabtu, 28 September 2013

“Kebudayaan Primitif, Agraris dan Industrial”



Kata Pengantar

Puji syukur kita curahkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan Primitif, Agraris dan Industrial” ini Shalawat bertangkaikan salam kita junjung tinggikan ke Ruh Baginda Rasulullah SAW yang selalu kita harap – harapkan syafaatnya hingga di akhir kelak nanti.

            Terima kasih penyusun ucapkan kepada Bapak Dosen Pembimbing yang telah mempercayakan dan memberikan arahan, bimbingan, dan juga waktu dalam penyusunan dalam makalah ini. Tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan Mahasiswa dan juga semua pihak – pihak yang telah ikut berpartisivasi  dalam penyusunan makalah ini.

            Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan juga kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga kesalahan – kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penyusun yang masih terbatas. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan, saran, dan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah berikutnya yang akan datang.

                                                                                    Sibuhuan, ….. Mei 2013
                                                                                    Penyusun,

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiO1ZarFXV9ZpoYE5VLf3ULsNvF1IdxyZhlh7X8_HJ2LfQicjoeW4CRQmwjoy5fW9EKyWJkDOfpq8LbkNpnq2zFEusroLm1_9VnpDeE6giW1_lGehrHJ5ORMGvoCdwovayVoxRlkcJ8fk/s320/2626.jpg 
                                                                                    Muhammad Yani


Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
  1. Latar Belakang...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
  1. Ciri – Ciri Negara Berkembang dan Negara Industri........................... 3
1.      Ciri – Ciri Negara Berkembang...................................................... 3
2.      Ciri – Ciri Negara Maju.................................................................. 6
  1. Kebudayaan Primitif............................................................................. 9
1.      Ciri – Ciri Masyarakat Primitif....................................................... 10
2.      Kegiatan Masyarakat Primitif......................................................... 11
  1. Masyarakat Agraris............................................................................... 12
1.      Kebudayaan Masyarakat Agraris.................................................... 13
2.      Ciri – Ciri Masyarakat Agraris........................................................ 14
3.      Kegiatan Masyarakat Agraris......................................................... 15
4.      Perkembangan Masyarakat Agraris................................................ 16
  1. Masyarakat Industri.............................................................................. 16
1.      Ciri – Ciri Masyarakat Industri....................................................... 17
2.      Perilaku Masyarakat Industri.......................................................... 20
3.      Kebudayaan Masyarakat Industri................................................... 20
4.      Mata Pencaharian............................................................................ 21


BAB III PENUTUP......................................................................................... 23
  1. Kesimpulan........................................................................................... 23
  2. Saran..................................................................................................... 24
Daftar Pustaka.................................................................................................. 25




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Suatu negara memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang masih bergantung pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada yang telah mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi sosial ekonominya. Kalian tentu pernah mendengar bahwa negara-negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, Prancis ataupun Jerman disebut sebagai negara maju. Kemajuan negara-negara tersebut dapat dilihat dari banyaknya kota-kota metropolitan yang dicirikan dengan kondisi fisik berupa banyaknya bangunan atau gedung-gedung tinggi sebagai kawasan industri dan perkantoran. Hal tersebut dikarenakan mayoritas negara maju perekonomiannya bertumpu pada sektor industri, jasa dan perdagangan. Adapun negara-negara seperti Afrika Selatan, India, Pakistan, Laos, Malaysia, dan termasuk negara kita disebut negara berkembang. Negara berkembang pada umumnya bercorak agraris, karena masih banyak ditemui lahan pertanian yang luas dan subur.

Suatu negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik.

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia dimana manusia merubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi).[1][1]


 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ciri-Ciri Negara Berkembang Dan Negara Industri
Suatu negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik. Penggolongan suatu negara menjadi negara maju atau berkembang daspat diketahui berdasarkan indikator-indikator berikut.

1.    Ciri-Ciri Negara Berkembang
a)     Memiliki  Berbagai Masalah Kependudukan
Berbagai tekanan dan masalah kependudukan yang merupakan masalah kompleks di negara-negara berkembang, antara lain:
1)      laju pertumbuhan dan jumlah penduduk relatif tinggi;
2)      persebaran penduduk tidak merata;
3)      tingginya angka beban tanggungan;
4)      kualitas penduduk relatif rendah; sehingga mengakibatkan tingkat produktivitas penduduk juga rendah
5)      angka kemiskinan dan pengangguran relatif tinggi; serta
6)      rendahnya pendapatan perkapita.

b)   Produktivitas Masyarakatnya Masih Didominasi Barang-Barang Primer
Hal ini dikarenakan, pada umumnya > 70% penduduk di negara berkembang berlatar belakang kehidupan agraris yang cara pengolahannya masih dilakukan dengan alat-alat dan metode-metode sederhana. Kondisi ini pula yang menyebabkan sebagian besar penduduk negara-negara berkembang masih tinggal di pedesaan.

c)    Sumber Daya Alam Belum dapat Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki belum mampu dioptimalkan. Dalam pemanfaatannya, negara berkembang masih bekerja sama dengan negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Hasil sumber daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan (ekspor) karena belum memiliki teknologi untuk mengolahnya lebih lanjut. Oleh karena itu, pada umumnya negara berkembang mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah.[2][2]

d)   Ketergantungan terhadap Negara Maju
Negara berkembang pada umumnya sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, namun terbentur kendala modal dan teknologi. Oleh karena itu, mereka cenderung tergantung pada teknologi dan kucuran dana (baik hibah ataupun pinjaman) dari negara-negara yang lebih maju (negara donor) demi kelangsungan pembangunan yang sedang dijalankan. Pada praktiknya, negara-negara donor tersebut pemberikan pengaruh yang bersifat mengikat dan terkesan mendikte terhadap negara-negara yang dibantunya.

e)    Keterbatasan Fasilitas Umum
Kemampuan pemerintah negara berkembang dalam bidang keuangan negara menyebabkan keterbatasan fasilitas umum yang mampu disediakan oleh pemerintah.


f)    Tingkat Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia Relatif Rendah 

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum relatif masih rendah. Masyarakatnya (termasuk pejabatnya) masih banyak yang melakukan kecurangan-kecurangan hukum tanpa rasa malu. Bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang terjadi, antara lain pemaksaan kehendak, penyuapan, korupsi, kolusi, nepotisme, perusakan fasilitas umum, dan sebagainya. Kesetaraan gender juga belum membudaya, wanita yang aktif bekerja masih dianggap sebagai hal yang kurang pantas menurut beberapa kalangan. Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia juga belum dapat dilaksanakan secara optimal.

g)   Tingkat Pendidikan Masih Rendah
Tingkat pendidikan pendudukan di negara-negara berkembang secara umum masih rendah. Hal tersebut dikarenakan sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun nonformal masih terbatas dan belum memadai sehingga belum dapat dijangkau oleh seluruh penduduk di negara tersebut. Akibatnya, masih banyak dijumpai penduduk yang buta huruf.

h)   Tingkat Pendapatan Masih Rendah
Mayoritas penduduk negara berkembang bekerja pada sektor pertanian yang umumnya masih dikerjakan secara tradisional. Tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh penduduk yang rata-rata masih rendah menyebabkan penduduk tidak mampu bersaing untuk bekerja atau menciptakan pekerjaan di sektor lain. Kondisi demikian mengakibatkan penduduk negara berkembang memiliki penghasilan atau pendapat rata-rata yang relatif rendah, sehingga pendapatan perkapita juga rendah.







i)             Tingkat Kesehatan
Taraf kehidupan penduduk negara berkembang yang masih rendah juga berdampak pada tingkat kesehatan penduduknya. Pada umumnya penduduk negara berkembang belum memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan menyebabkan tingkat kesehatan rata-rata penduduk di negara berkembang masihrendahjuga ditandai dengan  angka kematian danangka kelahiran tinggi, sedangkan angka harapan hidup rendah.


2.        Ciri-Ciri Negara Maju
a)        Sumber Daya Alam Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan teknologi dan kepemilikan modal membuat masyarakat di negara maju mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, menemukan sumber daya alam baru, ataupun memanfaatkan sumber daya alam yang telah ada sebagai energi alternatif. Misalnya pemanfaatan tenaga angin, air, atau energi matahari untuk menggantikan fungsi dari energi minyak bumi.

b)      Dapat Mengatasi Masalah Kependudukan
Hal ini dikarenakan angka pertumbuhan kecil, jumlah penduduk pada umumnya tidak terlalu banyak, angka beban ketergantungan kecil, kualitas dan produktivitas penduduk tinggi, pendapatan perkapita tinggi, dan peluang kerja dan kesempatan berusaha terbuka luas.

c)      Produktivitas Masyarakat Didominasi Barang-Barang Hasil Produksi dan Jasa
Kegiatan ini tidak memerlukan lingkungan agraris, sehingga dapat dipastikan bahwa > 70% penduduk negara maju tinggal di perkotaan.





d)     Tingkat dan Kualitas Hidup Masyarakat Tinggi
Tingginya kualitas penduduk mendorong semakin tingginya produktivitas masyarakat yang bermuara pada semakin tingginya pendapatan perkapita dan pendapatan nasional.

e)      Ekspor yang Dilakukan adalah Ekspor Hasil Industri dan Jasa
Ada kalanya, suatu negara maju sangat minim sumber daya alam atau bahkan tidak memiliki sumberdaya alam samasekali,namun dapat menghasilkan produk olahan sumberdayaalam.Misalnya,hasilminyak mentah dari negara Inggris sangat minim,namun Negara tersebut mampu menghasilkan produk olahan minyak bumi dan memasarkannya ke seluruh penjurudunia.Kebutuhan minyakmentahnya tercukupi dengan cara mengimpor dari negara-negara lain yang umumnya termasuk dalam kategori negara-negara berkembang.

f)       Tercukupinya Penyediaan Fasilitasilitas Umum
Negara maju memiliki kemampuan berupa sarana dan dana dalam memberikan pelayanan fasilitas umum yang memadai bagi warganya. Hal ini juga didukung dengan tingginya tingkat kesadaran warga masyarakatnya dalam memelihara dan memanfaatkan ketersediaan sarana fasilitas umum yang ada.[3][3]

g)      Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia Dijunjung Tinggi
Masyarakat di negara maju pada umumnya memiliki disiplin yang tinggi dalam mematuhi hukum. Pemerintahan yang berjalan menerapkan prinsip akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) serta transparansi (terbuka) dalam berbagai tindakan dan  pengambilan keputusan. Jenis kelamin tidak lagi dipermasalahkan dalam penentuan jabatan, namun kemampuanlah yang diperhitungkan. Penghormatan terhadap hak asasi manusia dijunjung tinggi, bahkan untuk golongan minoritas, misalnya untuk kaum difabel (different ability) seperti orang tua, tuna netra, atau penyandang cacat fisik yang lain diberi fasilitas khusus dan porsi atau kesempatan kerja yang sejajar dengan masyarakat normal.

h)      Tingkat Pendidikan Relatif Tinggi
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan kualitas penduduk suatu negara. Di negaranegara maju secara umum penduduknya sudah memiliki kesadaran tinggi akan arti penting pendidikan dan penguasaan Iptek. Hal tersebut terlihat dari angka partisipasi belajar penduduk negara-negara maju yang sangat tinggi. Tingginya tingkat pendidikan penduduk di negara maju juga ditunjang oleh sistem pendidikan yang baik dan anggaran pendidikan yang tinggi dari pemerintah.

i)        Tingkat Pendapatan Penduduk Relatif Tinggi
Kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh mayoritas penduduk menjadikan negara maju memiliki potensi SDM yang berkualitas tinggi. Kondisi demikian membuat penduduk negara maju tidak lagi menggantungkan sektor pertanian sebagai penghasilan utama, tetapi di sektor industri, jasa dan perdagangan. Variasi pekerjaan di berbagai sektor tersebut menjadikan penduduk Negara maju memiliki pendapatan rata-rata tinggi. Penghasilan penduduk yang tinggi akan berdampak pada pendapatan perkapita yang tinggi pula.

j)        Tingkat Kesehatan Sudah Baik
Rata-rata penduduk negara maju sudah memiliki standar kehidupan yang tinggi, sehingga kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan juga sudah baik. Selain itu pihak pemerintah juga memberikan perhatian yang sangat baik terhadap tingkat kesehatan masyarakat melalui pembangunan berbagai sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di berbagai daerah yangdapatdijangkauoleh semua lapisan masyarakat. Tingkat kesehatan penduduk yang sudah baik,dapat terlihat dari angka kematian penduduk yang rendah dan angka harapan hidup penduduk yang tinggi di negara maju.[4][4]

B.     Kebudayaan Primitif
Ditinjau dari segi geografis, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud/penampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsure unsure fisiografis, social,ekonomi,dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah daerah lain.

Menurut sutardjo karto hadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hokum bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri.
Menurut bintarto dalam bukunya suatu pengantar geografis desa, 1977, dejelaskan sbb
1.      Daearah, dalam arti tanah tanah yang produktif dan yang tidak,  serta penggunannnya.
2.      Penduduk, meliputi jumlah,pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setampat.
3.      Tata kehidupan,dalm hal ini pola tata pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan warga desa.



Maju mundurnya desa bergantung pada 3 unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh factor usaha manusia (human efforts) dan tata geografis (geographical setting). Adapun menurut Paul H. landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan cirri cirri sbb:
1.      Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal anatara beberapa ribu jiwa;
2.      Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan.
3.      Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, sepwerti: iklim,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.

Jadi, yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mindiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai hubungan erat, yang mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluagaan didalam kelompok mereka,seperti gotong royng dan tolongmenolong.

  1. Ciri - Ciri Masyarakat Primitif
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesame anggota warga desa. Sehingga seorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari masyarakat tempat ia hidup serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghhormati serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama didalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebhagiaan bersama. Adapun cirri cirri masyarakat pedesaan antara lain sbb;[5][5]
a)      Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila di bandingkan dengan warga masyarakat di luar batas –batas wilayah 
b)      System kehidupan umum nya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban).
c)      Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian .ada paun pekarjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang    
d)     Masyarakat homogen,seperti dalam hal mata pencaharian ,agama,adat istiadat,dan sebagai nya.

  1. Kegitan Masyarakat Primitif
Karena anggota warga masyarakat mempunyai kepentingan poko yang hampir sama,mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan mereka.pada waktu mendirikan rumah,upacara pesta perkawinan,memperbaiki jalan desa,membuat saluran air ,dan sebagai nya,mereka selalu bekerja sama.bentuk kerja sama masyarakat inilah yang sering disitilah kan dengan gotong royong dan tolong menolong .pada saat ini pekrjaan gotong royong lebih populer dengan istilah kerja bakti ,misal nya memperbaiki jalan,saluran air,menjaga keamanan desa (ronda malam) ,dan sebagainya .kerja sama macam ini biasanya menangani ha hal yang lebih bersifat demi kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan perseorangan (individual),seprti mendirikan rumah,pesta perkawinan pada musibah (seperti kematian),kelahiran dan sebagai nya.perlu di catat dan di ketahui disini bahwa semua kegiatan kerja sama ini,baik kerja bakti maupun tolong menolong ,tidak membutuhkan ahli tertu.dalam arti ,setiap warga desa mampu mengerjakan nya .pekerjaan gotong royong (kerja bakti ) terdiri atas dua macam ,yaitu:
a)      Kerja sama untuk pekerjaan yang timbul nya dari inisiatif  warga masyarakat itu sendiri (biasa di istilah kan dari bawah )
b)      Kerja sama dari masyarakat itu,tetapi barasal dari luar (biasa berasal dari atas) 
C.    Masyarakat Agraris
Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja dalam sector pertanian termasuk peternakan dan perikanan. Menurut statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa, 21.000 di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua golongan berdasarkan teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di lading, dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.

Adapun desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian beberapa daerah di Minahasa. Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di Jawa, Madura, Bali dan Lombok.

Teknologi bercocok tanam di lading memerlukan tanah yang luas. Biasanya para petani dahulu hidup berpindah-pindah, karena mencari lahan yang baru untuk di tanam, namun sekarang petani menetap karena teknologi pertanian yang maju untuk menyuburkan tanah seperti pupuk, adapun cara bercocok tanam dahulu juga berbeda dengan sekarang misalnya dulu hanya mengandalkan hujan namun sekarang bias dibuat sumur atau bendungan persediaan air.[6][6]

Dengan alasan itulah penulis ingin mencoba memahami pengertian serta hal-hal yang berkaitan tentang kebudayaan masyarakat  agraris. Adapun isi dari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itulah perlunya kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan pembelajaran ini.






  1. Kebudayaan Masyarakat Agraris
Berbicara tentang masalah primitif, maka kita akan berbicara tentang kehidupan masyarakat desa. Begitu pula, kehidupan desa selalu dikaitkan dengan kehidupan agraris, yaitu kelompok masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian. Desa sebagai penghasil pangan utama, menjadi tumpuan bagi masyarakat kota.
Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
  • Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
  • Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.
  • Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan.
Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.  Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa.
  2.  Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan.
  3.  Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
  1. Ciri-Ciri Masyarakat Agraris
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas wilayahnya.[7][7]

Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa  Pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah  atau alam sebagai penunjang kehidupan.




  1. Kegiatan Masyarakat Agraris
Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti, terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan kelahiran. Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu :
  • Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)
  • Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa)
Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan berkelanjutan.

Di Indonesia, aktivitas gotong roypng biasanya tidak hanya menyangkut lapangan bercocok tanam saja, tapi juga menyangkut lapangan kehidupan social lainnya seperti:
a)      Dalam hal bencanya atau musibah, contohnya: kematian, sakit atau kecelakaan
b)      Dalam hal pekerjaan rumah tangga, contohnya: memperbaiki atap rumah, menggali sumur, dll.
c)      Dalam hal pesta, contohnya: pernikahan, kitanan, dll.
d)     Dalam hal kepentingan umum, misalnya: membuat irigasi, jembatan, jalan, dll.[8][8]

  1. Perkembangan Masyarakat Agraris
Masyarakat agraris sebenarnya tidak stagnan; mereka berkembang dan berubah seperti kita namun pada tingkatan laju yang lebih rendah. Perubahan lambat yang menjadi nyata selama berpuluh-puluh atau beratus-ratus tahun dan selama periode yang demikian kita dapat mencirikan kecenderungan jangka-panjang dari proses siklik dan kejutan acaknya. Kecederungan untuk menjadi sederhana didalam kehidupan masyarakat agraris selalu saja terjadi dan telah mengakar kuat. Masyarakat agraris mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menjalin hubungannya dengan alam tempat mereka hidup secara turun-temurun.

D.    Masyarakat Industri
Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).

Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan  SDA yang tersedia semakin menipis dan lahan kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk migrasi, pemerataan pembangunan dan penghematan biya produksi menyebabkan munculnya keinginan untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dengan mengubah pola hidupnya. Perubahan paling sederhana yang tampak secara spasial adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan yang tentu berdampak pada beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini mempunyai pengaruh pada pola hidup, mata pencaharian, perilaku maupun cara berpikir.

Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya masyarakat pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri. Perubahan sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.[9][9]

  1. Ciri-ciri Masyarakat Industri

a)      Secara Umum. Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan mesin, yang terpusat di kota-kota besar.  Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi) Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada pekerjaan di sektor pabrik. Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan bidang pekerjaan yang lebih komplek. Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana untuk mengiklankan produk-produk baru industri. Media massa mempunyai peranan penting dalam masyarakat industri. Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai hiburan kaum urban.

b)      Secara Khusus

Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti masyarakat padang pasir, melainkan pada jalannya mesin-mesin pabrik, khususnya di daerah perkotaan, sedangkan pertanian dikerjakan di daerah pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil, karena dengan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang cukup besar, di Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu memberikan kehidupan pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor pertanian.

Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya. Berbeda dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan tanah pertanian, tanah tersebut tidak mampu memaksakan orang berlaku dholim. 
Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri.

Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan, sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat ketinggalan terhadap permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan.

Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri banyak mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan terhadap ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.

  1. Perilaku Masyarakat Industri

Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme). Pola pemikiran yang raional, sistematis dan objektif yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.

Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu. Para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris. Aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya. Mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun bertindak. Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

  1. Kebudayaan Masyarakat Industri
Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu modernisasi. Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan negara luar karena adanya kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan diri, namun hal itu tidak lantas mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.[10][10]

Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya, baik secar kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja. Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilai-nilai kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik hedonisme yang dipacu oleh faktor-faktor produksi. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan agama.

Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima nilai-nilai yang bakal menunjang proses industrialisasi, dikehendaki ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127).

  1. Mata Pencaharian
Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan. Terbentuknya spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam masyarakat industri. Proses perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk piramida. Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata anggota masyarakat yang ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik masing-masing anggota kelompok. 

Di wilayah  Industri sudah banyak tedapat industri. Ini menyebabkan mata pencaharian masyarakat setempat sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hal ini disebabkan lahan pertanian sekitar desa industri telah menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan warga menjadikan mata pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai buruh. Selain itu akibat wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari masyarakat menjadi pedagang, baik kecil maupun menengah.

Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang industri. Bercocok tanam tidak lagi menjadi pekerjaan tetap mereka,karena lahan- lahan pertanian telah berubah fungsi menjadi home industri dan pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan mata pencaharian tadi, juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan. Sehingga berdagang juga merupakan salah satu irri mata pencaharian masyarakat industri.[11][11]

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.

Ditinjau dari segi geografis, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud/penampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsure unsure fisiografis, social,ekonomi,dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah daerah lain.

Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja dalam sector pertanian termasuk peternakan dan perikanan. Menurut statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa, 21.000 di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua golongan berdasarkan teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di lading, dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.

Adapun desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian beberapa daerah di Minahasa. Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di Jawa, Madura, Bali dan Lombok.

Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).

B.     Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini bisa dibahas dan dipelajari serta menjadi suatu acuan belajar yang mendorong Mahasisiwa/i untuk membaca dan membahas serta untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang materi kebudayaan primitif, agraris dan industrial. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama kami kelompok 2 selaku penyusun makalah ini.
muhammadyani@gmail.com




Daftar Pustaka




Kurniawan, P (2002). Informasi Sebagai Komponen Perubahan. Dalam. Sekapur Sirih Pendidikan Perpustakaan di Indonesia 1952 – 2002

Mawardi. Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung: Pustak Setia. 2000.

Koenjaningrat.1990.manusia dan kebudayaan.jakarta:djambata.

Narwoko,j.Dwi dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi pengantar dan terapan.jakarta:kencana prenada media group

Kaelan,H.2000.Pendidikan Pancasila.jogjakarta:paradigma








[5][5] Mawardi. Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung: Pustak Setia. 2000
[6][6] Mawardi. Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung: Pustak Setia. 2000
[7][7] Koenjaningrat.1990.manusia dan kebudayaan.jakarta:djambata
[8][8] Koenjaningrat.1990.manusia dan kebudayaan.jakarta:djambata
[9][9] Narwoko,j.Dwi dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi pengantar dan terapan.jakarta:kencana prenada media group
[10][10] Narwoko,j.Dwi dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi pengantar dan terapan.jakarta:kencana prenada media group
[11][11] Kaelan,H.2000.Pendidikan Pancasila.jogjakarta:paradigma